Langit di kotaku tak lagi biru,
tak ada lagi kicau si emprit,
mendayung pagi dalam dekapan embun berpadu dengan kabut,
mulai merasa malu ketika kekasihnya tiba,
membawa kehangatan dan merambat teratur merubah rona gelap malam,
membentuk lukisan alam bernuansa teduh,
membingkai hari dengan kasih yang tak pernah pamrih,
atas apa yang tlah diberikannya,
adakah matahari yang pernah meminta balas budi?
...........................................................
Jalanan di kotaku tak lagi rindang,
seakan-akan menegaskan hati,
pada langkah kaki yang semakin hari semakin berat,
karna udara sudah tak sudi merangkul nafas manusia dalam kesejukan....
Pohon-pohon di kotaku mulai "menangis" kesakitan,
terhimpit oleh barisan beton dan besi,
merasakan "sesak" yang begitu memilukan,
tak terima keharmonisan hidupnya diambil secara paksa,
oleh makhluk yang kabarnya berakal jenius...
Makhluk yang kabarnya berakal jenius ini,
memilih untuk menyayangi logam dan besi,
yang semakin disayang justru semakin menghancurkan,
jauh berbeda dengan pohon-pohon itu,
sekali saja ia "dibelai" maka ia kan menyuguhkan kebahagiaan sepanjang zaman...
Sejarah membuktikan...
Bahwa pohon adalah makhluk ajaib yang "menentukan" kesejahteraan hidup manusia,
yang menyatukan tanah, kayu, api, angin, dan air,
dalam kemesraan yang tak pernah tertandingi,
bahkan oleh pasangan kekasih yang paling romantis di dunia sekalipun...
Makhluk ajaib itu kini semakin dilupakan,
mengiringi torehan sejarah manusia yang semakin kelam.....
[Sukapura, 26 Februari 2015, 21:37]
0 Komentar