Pagi ini terdengar isak tangis yang kudengar dari seorang anak kecil. Namanya Ade Lestari, ia adalah seorang siswi kelas VII SMP. Sambil mengusap-usap air mata Ade berlari ke luar ruangan kelas.
Suasana luar ruangan yang panas tak memungkinkan bagiku untuk menyelesaikan permasalahan anak mungil ini. Segera kuajak dia bersama wali kelasnya ke ruang kerjaku.
Isak tangis Ade tak jua berhenti. Dua orang teman lelaki sekelasnya telah kelewatan memperlakukan Ade. Meski bukan soal kekerasan fisik, namun perilaku jahil temannya tlah mengusik batas kesabaran bocah ini.
Pelan-pelan Ade mulai bercerita, tentang temannya yang jahil dan akhirnya aku dapat mengambil benang merah, bahwa isak tangis Ade bukan isak tangis biasa.
Ade adalah anak ketiga dari tiga orang bersaudara. Ayah dan ibunya tlah lama pisah sejak dia belum sekolah. Ibunya setiap hari bekerja dari jam 4 sore di sebuah warung tenda ayam bakar, dan baru dapat kembali ke rumah jam 1 malam.
Ia juga membantu ibunya dengan ikut membantu merapikan alat dan membersihkan ruangan di sebuah klinik kesehatan. Kadang Ade tak bisa tidur lebih awal sebelum ibunya yang sedang menderita sakit jantung ini sampai di rumah.
Dari keluarga Ade adalah seorang muslimah. Namun, yang membuatku terkejut adalah saat ini biaya sekolah Ade dibiayai oleh agama tertentu yang memaksanya untuk berpindah aqidah, sungguh miris dan menyedihkan. Meski dalam batinnya ia masih memilih Islam dan dalam biodata masih tertulis Islam.
Ini sungguh sangat menampar hati kita sebagai seorang muslim. Apakah mesjid dengan organisasinya infaknya tak mampu menjangkau anak-anak seperti Ade? Dan aku mendengar di daerah Jakarta Utara banyak anak-anak seperti Ade yang lahir dari keluarga kurang mampu ditambah suasana keluarga yang tidak harmonis mengalami nasib seperti ini. Oh umat Muhammad...kemana sajakah kita selama ini??? :( :( :(
0 Komentar