Lelaki di sebuah persimpangan,
tertunduk lesu dalam nafas yang terengah-engah,
hanyut pada lelah yang tak pernah terbayangkan sebelumnya...
Ia tak mau gegabah dengan langkah yang sangat hati-hati,
teringat pesan sang Bunda,
janganlah jatuh pada lubang yang sama...
Rasa yang berkecamuk adalah sahabat yang paling sering diajak bicara,
meskipun mimpi merengek-rengek,
berguling-guling karna merasa cemburu ingin segera dicumbu rayu...
Ia terus merenung...
Hati siapa yang tak bimbang?
Bila berjumpa dengan getirnya pilihan...
Akankah perjalanan ini harus tetap dilanjutkan,
atau di titik inilah ruang yang tepat,
tuk membangun istana jiwa???
Ia terus bercermin...
Memandangi dirinya yang pernah tersesat,
pada malam sepi,
tanpa seorangpun teman atau sahabat...
Jika memang kisah ini harus tetap berputar,
bersama deru haru sang roda waktu,
jalan mana yang harus ia tempuh?
Ia berharap, akan datang angin,
yang membawa peta kehidupan,
menuntun batin yang melemah,
meski terbungkus raga yang gagah...
Lelaki di sebuah persimpangan,
memutuskan tuk mengikat kedua buah mata fisiknya,
dengan selembar kain putih,
dan membiarkan nurani menuntunnya,
mendaulat suara hati sebagai "kekasih" sejatinya...
Lelaki di sebuah persimpangan....
0 Komentar