Werrrrr Ketekkung...kung kung
Suara perkututmu tlah memanggil,
nyanyikan lagu lama yang pernah kudengar...
Ayah...kabut-kabut pagi mulai bercerita,
tentang kemesraan matahari dan gunung,
tentang senyuman embun pagi yang bergelayut manja,
bersandar di pangkuan daun-daun pohon mangga...
Ayah...rambutmu tak lagi hitam,
ragamu tak sekekar dulu,
namun kasih sayangmu tetap berkibar,
bersama nyanyian perkutut sepanjang hari...
Ayah...lembaran-lembaran hitam itu akan terbuang,
kan terganti dengan lembaran-lembaran suci,
yang mengabadikan semangat pantang menyerah,
meski keringat bercampur dengan air mata...
Ayah...gemuruh Slamet pernah mengikatkan,
akan datang suatu masa,
dimana apa yang pernah kita miliki,
tak akan berdaya dan tak bisa memberikan pertolongan,
pada hari dimana tangan dan kaki,
kan bersaksi atas kekhilafan yang sengaja kita lakukan...
Ayah...
Semoga Tuhan selalu melindungimu,
sebagaimana engkau menjagaku kala kakiku belum mampu,
bercumbu rayu dengan tanah,
batu kerikil dan gemericik air kali Klemon...
0 Komentar