Sepasang Mata Dibalik Jendela...
Menerawang jauh menembus batas-batas yang telah retak,
mengintip halus diantara goresan citra merah,
menebarkan wangi kesedihan...
Sepasang Mata Dibalik Jendela...
Mencoba untuk bangkit diantara tubuh yang terjungkal, terhimpit oleh lantunan haru sang gadis yang hanya bisa pasrah melihat sang nenek yang dicintainya, berdiri kaku diantara tetesan air mata...
Sepasang Mata Dibalik Jendela...
Dia sangat mengenal jeritan mungil dari bocah lelaki berbaju kuning, yang secepat kilat sudah berada dalam pelukan hangatnya, sebuah episode syukur yang selalu diputar ulang pada lagu yang tak pernah berjudul...
Sepasang Mata Dibalik Jendela...
Sebersit kalimat muncul dari benaknya, dia bertanya, milik siapakah jiwa-jiwa yang terpenjara dalam balutan kain terpal itu?
Sepasang Mata Dibalik Jendela...
Dia hanyalah seorang bocah, yang belum memahami apa itu kalimat syukur, bahkan tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi pada seorang Ibu dan tiga anak bersaudara...dia hanya seorang bocah yang merekam jejak-jejak kecil kehidupan...
(Purworejo 25 tahun silam, sebuah bus "Harum" menabrak sebuah pohon mahoni)
0 Komentar