Hidup Untuk Makan

Admin Oktober 22, 2014


Salam Sukses Selalu...
Sejak zaman nabi Adam sampai sekarang, manusia memiliki insting yang unik untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Baik itu kebutuhan pangan, sandang, maupun kebutuhan akan tempat berteduh yang nyaman bagi keluarga kita. Insting alami manusia itu kini teracak-acak dengan hadirnya sistem ekonomi berbasis uang yang dianut oleh 99 persen penduduk bumi. Walaupun ada beberapa kelompok masyarakat dari etnis unik tertentu yang mampu bertahan hidup dan mampu mempertahankan adat istiadat warisan leluhur mereka.

Sistem ekonomi berbasis uang telah merubah pola pikir, cara pandang masyarakat kita terhadap kehidupan. Bahkan beberapa hal yang sebenarnya merupakan anugerah terbesar bagi manusia menjadi kabur baik makna maupun esensinya. Manusia modern sudah tidak menghargai anugerah-anugerah besar itu karena terlalu sibuk “menghambakan” diri pada uang. Filosofi "Makan Untuk Hidup" berubah menjadi "Hidup Untuk Makan". Jadi, rezeki makanan yang kita peroleh bukannya dinikmati untuk menopang kehidupan dan menjalankan aktivitas positif lainnya, namun sebaliknya kita dihujani oleh rutinitas untuk mencari makan.

Mindset "Hidup Untuk Makan" semakin memenjarakan manusia ke dalam tekanan hidup yang tak pernah berujung, seperti “lingkaran setan”, semakin dikejar semakin hampa bak fatamorgana dalam pandangan mata manusia. Kita harus mampu merubah mindset seperti ini. Nikmatilah rezeki atau makanan untuk kehidupan yang lebih berkualitas. Pada dasrnya ini sulit untuk dilakukan, namun pemahaman akan arti kata “bahagia” menjadi titik tolak menuju perubahan yang dimaksud.

Previous
Next Post »
1 Komentar
avatar

Warm summer and would like to go for a walk in the cool trees!

Balas

Komentar Pengunjung

Arsip Blog Dunia impian